About Green Elf

Foto saya
Ngawi, Jawa Timur, Indonesia
I am a selfish person as I always want to be happy. Then, I practice forgive and forget. It's simple: Forgiveness is happiness.

Kamis, 26 Juli 2012

Semoga bisa menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama^__^

Bersosialisasi, beradaptasi, dan bersenergi

Menghadapi lingkungan baru yang berbeda jauh dari lingkungan dimana kita biasa hidup, bernafas, tersenyum, bersedih, bercakap, dan mendarat tentu bukan perkara yang mudah. Saya, yang biasanya begitu mudah untuk bersosialiasi dan beradaptasi, kali ini ternyata membutuhkan waktu untuk bercampur dan berbaur dengan tempat baru.

IKHLAS
BERSYUKUR
TERSENYUM

Ternyata ketiga kata tersebut (tidak selalu) cukup untuk memulai segalanya.
Ya...bukankah ada satu yang harus dilakukan setiap insan untuk mendapat keridhaanNya
DO'A
dan hari ini saya mengawali hari dengan satu do'a: Jadikanlah hamba insan yang bermanfaat bagi sesama Ya Allah.....^_^
Aamiin Ya Rabb.
Hanya kepada-Mu setiap hamba bisa mengadu
ikhlaskan hati kami atas apa yang luput dari genggaman kami
sabarkan hati kami atas apa yang menjadi cobaan bagi kami
syukurkan hati kami atas apa yang terjadi nanti

Jumat, 22 Juni 2012

Dilema

Apa aku ingin pergi....
Atau haruskah aku berlari....
Mencoba menepi....memijak bumi
Tapi jangan-jangan kakiku sudah terlalu kaku
untuk mengubah arah yang ku tuju

Apa aku ingin tinggal
Atau semestinyalah aku perlahan berjalan
Mencoba mendekat...berjabat erat
Tapi jangan-jangan tanganku sudah terlalu mengepal berat
untuk menggenggam seorang sahabat

Apa aku ingin mengikuti air, mengalir.....
Atau mungkinkah aku memburu angin, untuk puaskan ingin
Mencoba terbang...melayang-melayang dan melayang
Tinggi, tinggi, tinggi....hingga lupa rumah tempatku pulang

Sabtu, 12 Mei 2012

Penataan dan Pemerataan Guru PNS



"SELAMAT DATANG"
PESERTA SOSIALISASI
PENATAAN DAN PEMERATAAN
UNTUK PENYELAMATAN GURU PNS
Kalimat tersebut terpampang secara jelas ketika saya dan beberapa rekan guru PNS mendapat mandat dari kepala sekolah untuk menghadiri acara "Sosialiasi Penataan & Pemerataan Guru PNS Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi". "Wowwww...PENYELAMATAN", kata itulah yang langsung meluncur dari mulut kami secara serempak, setelah hampir setengah tahun menimbulkan kegalauan massal di kalangan pendidik, rencana redistribusi guru mungkin tidak lagi hanya sekedar wacana.
Sebagai salah satu guru PNS yang belum mendapatkan sertifikat pendidik, jantung saya terus terang juga merasakan dag-dig-dug juga...ehmmm apakah saya juga akan dimutasi? kemana? kapan? ....dan beribu tanya yang tentu saja cuma bisa dijadikan bahan obrolan dengan rekan sesama guru karena selama ini kami sama sekali belum mendapat penjelasan resmi dari Badan Kepegawaian Daerah maupun Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi. Kami bukannya menutup mata telah mengukir prestasi sebagai penyumbang tertinggi penggunaan APBD Ngawi sebanyak 73% sebagaimana yang dirilis oleh Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), apalagi kami : anggota masyarakat terpelajar yang bertugas untuk mendidik generasi muda, yang digadang-gadang sebagai motor pembaharuan motor pembangkrutan daerah.
Dalam acara tersebut, disebutkan bahwa pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengalihfungsikan guru SMP & SMA menjadi guru SD sambil menunggu pendidikan KKT atau sejenisnya dengan kriteria :
1. Belum sertifikasi.
2. Usia relatif muda.
3. Kalau terpaksa yang sudah sertifikasi.
dan....saya memenuhi dua kriteria urutan paling atas: belum sertifikasi dengan usia relatif muda,,,haiiiaaahhh!!!!!!!!!!@_@


Untuk membesarkan hati, saya teringat penggalan kalimat dari Imam Ghazali bahwa seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, dialah yang dinamakan orang besar di bawah kolong langit ini. Ia bagai matahari yang memberi cahaya orang lain, sedangkan ia sendiri pun bercahaya. Ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain, ia sendiri pun harum. Sungguh kalimat yang mengagungkan profesi pendidik, tanpa memandang status guru Play Group, PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, bahkan Universitas (dosen), pun tidak ada diskriminasi berdasarkan ijasah, masa kerja, usia, apalagi oleh selembar sertifikat pendidik...ya selembar sertifikat yang menyatakan seorang pendidik telah profesional untuk menjalankan tugasnya, yang aneh bin ajaibnya kadang kala tidak relevan bahkan melenceng jauh dari kualifikasi pendidikan kesarjanaannya. Sebagai perbandingan sertifikat pendidik yang diperoleh melali jalur PLP (Pendidikan Latihan Profesi) berlangsung kurang lebih 10 hari, sedangkan untuk mendapatkan gelar S.Pd (Sarjana Pendidikan) ditempuh kurang lebih 4 tahun, tetapi guru yang memiliki kualifikasi pendidikan semisal S1 pendidikan sosiologi akan kalah (untuk mendapatkan jam mengajar) dengan selembar sertifikat pendidik yang menyatakan bahwa guru tersebut telah profesional untuk mengampu mata pelajaran sosiologi walaupun tidak memiliki ijasah yang linear dengan mata pelajaran tersebut. Nah kira-kira apa yang akan terjadi?????
Guru PNS berkewajiban untuk mematuhi peraturan yang berlaku, tapi sebagai pekerja di bidang akademik, yang menuntut terus dikembangkannya kegiatan ilmiah dan keilmuan, alangkah sayangnya jika suara kami dibungkam hanya untuk mengejar jumlah mengajar minimal seorang pendidik dengan mengabaikan aspek-aspek akademik kami. Bukankah ironis karena tujuan penataan dan pemerataan guru adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di seluruh Indonesia.


Re-distribusi guru asal dilakukan secara matang, serius, konsisten dan TRANSPARAN, diharapkan mampu memenuhi kurangnya tenaga pendidik di sekolah dasar, yang selama ini terpenuhi dengan adanya ratusan GTT (Guru Tidak Tetap)....nah jika membahas GTT, maka akan dikemanakan mereka, apalagi yang sudah masuk K1 dan K2????@_@ Dari pendataan 2011 ada 70 lebih yang masuk Kategori 1 (K1) yaitu mereka yang telah mengantongi SK Bupati sejak 2005 namun belum diangkat CPNS karena namanya hilang dari database. Berikutnya yang ikut mendaftar Kategori 2 (K2), yakni yang tak mengantongi SK Bupati ada lebih dari 700 orang. Apabila jam mengajar di SD akan diisi oleh para guru PNS dari SMP & SMA, maka akan terjadi phk besar-besaran....#seperti lingkaran setan yang tidak berakhir.
Apabila merujuk begitu besarnya dana yang dihabiskan untuk belanja pegawai, sudah seharusnyalah para guru PNS berbesar hati ditempatkan dimanapun...karena setiap rupiah yang kami peroleh sebenarnya adalah uang rakyat. Untuk mendapatkan keikhlasan dibutuhkan waktu dan rasa, dan semoga saya pribadi dan rekan-rekan guru PNS benar-benar bisa DISELAMATKAN dari memakan uang rakyat yang terhambur sia-sia.
“Mendidik adalah tugas konstitusional negara, tapi sesungguhnya mendidik adalah tugas moral tiap orang terdidik”( Anies Baswedan).




(?)

Kau...
apakah sebuah mutiara dari dasar samudra
atau hanya sebutir pasir tak berharga?


:(

Minggu, 29 April 2012

"Married" is a word that can make someone weird

Tidak terasa hari kelulusan akan segera tiba..."A Graduation Day"....finally :D
Yupz, it needs a lot of preparation, hhhmmmm dan harus mengundang keluarga juga nih. That's okay, I'll call my bro and sist....
tuttttt...tutttt......
Sist:"Hello, what's going on?"
TW:"My graduation day will come soon, would you mind coming that day?"
Sist:"Of course, I will, congrat"(big hug)
TW:"Yipiieeeee"(happy^^)
Sist: "btw, do you invite your special guy????
TW:..speechless....(n hopeless@_@)
Sist:"C'mon, you're 27 n will be older and older"(maybe in angry face)
TW:"...OMG, I'm not so desperate although I'm alone" (wink)
Sist: "How can you get married if you're not in a relationship?"
TW:"WHAT??? (talk to the hand)
Sist:"bla....bla.....blaa....blaaaaa.....blaaaaaaaaaaaa"(need almost an hour to listen it)
TW:"Going older and older just means an age, right???".
Sist:"bla...blaaaaaa.........."

Sabtu, 28 April 2012

Aku Pulang Wahai Sunyi

let it go...

Apakah akhirnya aku cukup berani untuk melebarkan jarak???
Dimana aku akan menempuh jalan terjauh untuk sampai padamu.
Ketika keterasingan begitu lebar terbentang.
Dan kini aku menolak berbicara padamu lagi.
…tahukah kau???
ini bukan tentang tak mampuku untuk mengeja namamu, melafazkan senyummu, atau sekedar mendengar sayup redup suaramu….BUKAN!!!
Malam ini masih sama. Hitam ditemani temaram lampu kota. Hitam yang tumpah dan kelabu yang temani, tapi tak kau lihatkan itu???
Nyatanya ada bias kuning lampu yang tak membuat jenuh.
Dan memang malam inipun masih sama…tiada beda.
Masih ada aku..
masih ada kau..
dan tentu masih tentang kegelapan yang coba dikalahkan dengan bintang-bintang, dengan lampu-lampu…dengan cahaya.
Masih tentang kesunyian yang biasa…..senyapnya menyapa..
aku dan kau…
Tapi ada yang sudah berbeda,
bukan soal aku….
atau siapa dirimu.
Ya ada yang sudah berubah, dan itu adalah kita.
Kamu telah menjadi sesuatu yang lain.
Kau adalah api yang tidak boleh disentuh, jika tidak ingin terbakar dan melepuh luruh.
Kamu bukan lagi air yang mengalirkan percikan-percikan menenangkan dalam rongga dadaku.
Kau telah menjelma menjadi semacam kegelisahan itu sendiri.
Dan semua itu tak layak lagi dipelihara.
Apa kau tahu??? aku tak lagi ingin buta.
Kegelapan yang kau bawa cukup sudah.
Aku tidak lagi ingin menggapai-gapai ke segala arah tanpa tahu yang kutuju ternyata semu.
Dan aku memilih kediaman ini, keterasingan ini…dan kejauhan ini.
Sendiri,
….menyepi…
pulang ke pertapaan hatiku,
sendiri….
Kini ku hanya bisa menyapa:
Aku pulang wahai sunyi!!!!!!!!

Senin, 27 Februari 2012

SKB 5 Menteri: Apakah sekedar uji coba di dunia pendidikan???


Euforia reformasi tahun 1998 telah mendorong otonomisasi daerah yang terkesan dilakukan secara serampangan, khususnya dalam hal otonomi pendidikan. Itulah yang terjadi dalam hal pengelolaan guru. Otonomi daerah dianggap telah menimbulkan ketimpangan distribusi guru di Indonesia. Jumlah guru memang dianggap cukup, bahkan rasio guru dan murid dianggap lebih dari cukup. Namun, tingkat penyebaran guru di daerah-daerah masih menunjukkan adanya ketimpangan, terutama di daerah-daerah terpencil atau wilayah perbatasan dengan negara lain.
Kepala Badan Pengembangan SDM dan Penjamin Mutu Pendidikan Syawal Gultom mengatakan, rasio jumlah guru berbanding jumlah peserta didik di Indonesia merupakan yang “termewah” di dunia.
“Rasio di Indonesia sekitar 1:18. Angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan negara maju seperti Korea (1:30), atau Jerman (1:20). Itu kenyataan, memang distribusinya yang tidak bagus” ungkap Syawal di gedung Kemendikbud, Rabu, 23/11/11 (Kompas.com).
Adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) yang melibatkan 5 Kementerian dalam hal penanganan dan pemerataan guru PNS, pada tanggal 3 Oktober lalu, membuktikan adanya masalah dalam otonomi pendidikan daerah. Dengan adanya peraturan bersama 5 Menteri, yaitu Mendikbud, Menag, Mendagri, Menkeu dan Men-PAN-RB, maka masalah ketimpangan dalam distribusi guru diharapkan akan dapat segera teratasi.
Wakil Mendikbud, Musliar Kasim, bahkan sampai perlu memberikan pernyataan bernada ancaman yang bersifat memaksa.
“Jika guru tidak bersedia ditempatkan di mana saja, lebih baik berhenti menjadi guru..” katanya usai membuka diskusi publik yang diadakan oleh PGRI, Senin, 28/11/11, kemarin (kompas.com).
Sebuah pernyataan dari seorang pejabat tinggi yang dinilai cukup tegas, namun tak terhindarkan dari kesan arogan. Bahkan, Ketua Umum PGRI, Sulistiyo, secara langsung memberikan tanggapannya.
“Mengelola guru, tidak harus menggunakan pendekatan ancaman seperti itu… Jika ada guru yang tidak taat, maka guru dihadapkan pada pilihan yang tidak adil, yaitu berhenti….” kata Sulistyo pada acara dan kesempatan yang sama.
Tentu, kita berharap bahwa penanganan masalah dampak otonomi pendidikan tidak sekedar mengurusi masalah penempatan atau distrubusi guru saja. Banyak fakta yang menunjukkan bahwa otonomi pendidikan telah memberikan dampak negatif dan distortif pada dunia pendidikan. Otonomi daerah pun telah melahirkan “perlombaan” daerah untuk selalu mengajukan permohonan penambahan guru PNS kepada pemerintah pusat. Masalahnya, proses rekruitmen tenaga pendidikan disinyalir tidak berdasarkan atas kebutuhan yang rill dan berdasarkan standar kompetensi para calon guru. Daerah amat mungkin lebih memikirkan terciptanya lowongan kerja sebanyak-banyaknya bagi warganya. Akibatnya, calon guru sebenarnya lebih mencerminkan para pencari kerja sebagai PNS semata, daripada mereka yang benar-benar terpanggil jiwanya untuk menjadi guru dalam arti yang sebenarnya.
Lebih parah lagi, ketika tunjangan pendapatan guru melalui program sertifikasi, dalam prakteknya dianggap jauh dari harapan. Kemendikbud sendiri menilai bahwa program sertifikasi tidak signifikan dalam meningkatkan mutu dan profesionalisme guru. Mengapa hal ini bisa terjadi? Pertama, raw input guru yang memang bermasalah telah menghasilkan mutu guru yang tidak siap berkembang menjadi profesional. Kedua, mekanisme pengawasan yang hampir tidak berjalan efektif, sehingga guru tidak benar-benar merasa dituntut untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sebagai pendidik.
Ketiga, adanya salah sasaran, bahwa tidak sedikit tambahan dana satu kali gaji pokok itu hanya digunakan oleh para guru untuk keperluan banyak hal yang di luar kepentingan profesionalismenya. Dalam hal-hal tertentu, dana sertifikasi banyak digunakan untuk sekedar meningkatkan gaya hidup seorang guru. Sertifikasi, baru berhasil meningkatkan pendapatan guru, namun belum mampu meningkatkan profesionalisme guru secara signifikan.
Akhirnya, apa yang dapat disimpulkan dari lahirnya SKB 5 Menteri mengenai distribusi guru? Asal dilakukan secara matang, serius dan konsisten, maka penarikan kewenangan kembali ke pusat, dapat dikatakan sebagai sesuatu yang baik sebagai bagian untuk mengontrol mutu pendidikan nasional. Otonomi pendidikan, memang cukup layak untuk dievaluasi agar pendidikan tidak menjadi korban. Boleh saja ada pendapat yang mengatakan bahwa beri kesempatan dulu bagi pemerintah daerah untuk mampu mengelola pendidikan secara otonom.
Masalahnya, haruskah pendidikan menjadi korban dari proses belajar pemerintah daerah? Lebih repot lagi, bila ternyata pemerintah daerah hampir sama sekali tidak melakukan proses pembelajaran dalam menangani masalah pendidikan. Maka, akibatnya jauh lebih serius lagi. Paling tidak, pendidikan akan terus menjadi ajang uji coba bagi mereka. Termasuk, berlaku pula bagi pemerintah pusat.

Jumat, 13 Januari 2012

ROMANTISME-ku, kau, dia, atau mereka???

Tulisan ini hanyalah penghibur diri yang mulai jemu dan jenuh tingkat peri. Semua hanyalah statement yang  lebay bajay semlohaiiii :D

1. Hitam itu terus menggantung di awan, sebentar lagi mungkin hujan kan datang...dimana kan kutemukan titik ritmis yang mampu membuatku selalu teringat padamu...meski milyaran kali kucoba enyahkan, tetap saja bayanganmu hampiri pikiran…
*jemuran*


2. Tak tahukah tiap ku melihatmu ku bimbang. Kau selalu menungguku di ujung jalan. Ingin aku tak peduli, melewatimu tanpa basa-basi. Tapi akhirnya aku tak tega, kuhampiri dirimu lagi...sekali..dua kali...dan tak terhitung lagi berapa kali....ku akhirnya kembali padamu lagi..
*bus*

3. Bukan ku tak mau mengerti laramu...tentu telah kusiapkan bahuku,...bukan hanya jika kau mau...kurela..sungguh..kurela. Dan susutlah air mata itu. Taukah kau kesedihan hanya membuatmu makin berkubang dalam ketidakpastian. Bangkitlah!!! aku kan bersamamu selalu
*matakeculek*


4. Seharusnya kau tahu betapa aku menyayangimu, kau tahu itu kan???... karena... bagaimanapun, kau telah menyatu, baik dalam raga maupun jiwaku. Namun..., rasanya lebih baik kau pergi dan menjauh dariku. PERRRGGGGIIIII.....karena kebersamaan ini, memang segera harus diakhiri. Maafkan…
*motongkuku*

5. Teman-teman  kalau lewat baunya wangi parfum, tapi tiap hari aku mencium aroma yang juga mau tak kalah di tubuh simbah.....parfum ajaib yang segar mewangi :)
*minyakangin*


6. Apa kau pikir cuma artis yang bisa pakai tatto dengan bentuk aneh dan ajaib? ibuku juga bisa bikin tatto yg gak kalah indah.., eksentrik,...gaul...sippp blehhhhh
*kerokan*

Duccchhhh romantiz akut ya????!!!!! >_<

Selasa, 03 Januari 2012

Biarlah sunyi yang mengerti semua...

Sunyikan,
hatiku...sunyikan
aku dalam senyapmu

Kemana kau pergi sepiku???
Sepi,
yang temani diamku

Kemari...
              Kemarilah...
                        pulang ke sini
Ke peraduan senyap
pertapaan hati
 Hati....hati....
.......HATI....
Hati...hati.....hati

hati yang tak akan menuntut gulana setia
Hati,
yang tertutup tidak akan mendapatkan cinta
Bahkan,
cinta dari jiwa-ku
sendiri